Sudut Cafe dan Kenangan


.
.
.

Aku duduk sendiri di sudut cafe tempat kita pernah bersua dahulu. Saat kita bahagia, ketika mengulas senyum begitu mudahnya hanya dengan menatap wajahmu dan mendengar tawa renyahmu.

Masih ingatkah kamu? Ingatkah kamu saat kita pertama kali bertemu kala itu?

Hujan turun membasahi bumi di sudut kota Yogyakarta saat langit melukiskan warna senja yang memudar dengan warna merah saga yang indah.

Kita bertemu tak sengaja kala itu, di depan sebuah cafe karena berusaha menghindari hujan yang turun membuat kita babak belur karena rintiknya. Kita saling beradu tatap tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Entah sihir apa yang memengaruhi kita berdua, kita masuk ke dalam cafe itu dan duduk di bangku yang sama dengan sekilas senyuman di wajah kita.

Kita duduk di sebuah bangku minimalis di sudut cafe, memandang keluar jendela. Hujan tak kunjung berhenti dan menjebak kita berdua.

Kita berdua berbincang sambil menunggu hujan reda. Menghitung sisa tetes hujan dengan segelas kopi dan coklat panas yang menghangatkan tubuh kita.

Kita saling bertanya nama dan kesukaan, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi setelah hujan berhenti dan kita berpisah di jalanan yang basah.

Hei, bukankah itu pertemuan yang menakjubkan? Perasaan yang luar biasa sampai kita melupakan waktu.

Kini, waktu berlalu begitu banyak. Detik waktu bergulir begitu lambat saat aku merindukanmu.

Tempat itu masih sama dan aku merindukanmu.

Kursi menjadi saksi. Meja menjadi pembatas. Hujan menjadi melodi, pertemuan kita yang tak akan pernah terulang.





Tasikmalaya, 12 Maret 2020

Asa

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana ku Tak Jatuh Cinta

Kebersamaan Yang Tiada Akhir

Jatuh Cinta Sendirian 1 (CERPEN)