Posts

Showing posts from 2016

Tentang Pertemuan Terakhir Kita

Garut, 1 November 2016  23:42 Kau tau apa yang aku pikirkan saat hujan turun dipelataran kampus? Aku memikirkanmu, selalu. Aku memikirkan sikapmu yang tiba-tiba berubah dalam hitungan minggu sejak pertengkaran kita waktu itu. Kau bilang, kau tak ingin kehilanganku. Kau bilang, kau tak suka dengan sikapku yang membiarkanmu, tak menyapamu sama sekali. Kau bilang, kau ingin kesempatan. Tapi nyatanya, semua ucapanmu hanya bualan belaka. Kau tak bisa menjaga kepercayaanku lagi. Kau tau kenapa aku menangis? Bukan karena hal-hal yang pernah kita lalui bersama. Aku menangis, karena aku sadar, aku begitu bodoh telah memberimu kesempatan. Dan aku terlalu bodoh telah menghabiskan waktu hampir setahun lamanya hanya untuk bersama denganmu, lelaki yang memiliki perasaan kesemua arah. Lelaki yang tak pernah puas dengan apa yang telah dimiliki. Bersama hujan yang turun menyapa bumi, aku menangis tak henti. Mataku sembap, dadaku sesak dan kau berusaha menenangkanku. Kau memenangkan duni

Lepaskanlah

Harusnya kamu tahu, bahwa hadir diantara tangan yang sedang bergandengan adalah sebuah kesalahan. Mungkin kesalahan yang tidak akan pernah dimaafkan. Lantas, mengapa kamu terus melakukannya? Seolah tak mempunyai hati nurani. Mengapa kamu terus mencari celah kecil untuk bisa melepaskan dia denganku? Apakah kamu tahu bagaimana rasanya menjadi salah satu dari kedua tangan tersebut? Ia terluka, ia menangis, ia meringis. Sementara kamu gencar mencari cara berusaha melepaskan kedua tangan tersebut. Aku tanya, sudahkah kamu mendapat kebahagiaan yang kamu inginkan ketika melihat orang yang kamu cintai itu tersiksa karena kamu memaksanya agar dia mencintaimu kembali? Dan apakah kamu memikirkan tangan yang terpaksa melepaskan pasangannya, jemari yg membuatnya hangat, hanya karena kamu ingin hangat itu memenuhi tanganmu. Bodohkah? Lepaskan, lepaskan tangan yang sedang kamu genggam dengan paksa itu. Kamu sedang melukainya, kamu sedang menariknya dengan egomu. Lepaskanlah. Karena tangan ya

Tentang Kepergianmu

Garut, 13 Agustus 2016 Hari ini aku terbangun tidak seperti biasanya. Aku bangun lebih siang karena tak bisa menahan rasa sakitku. Tak hanya penyakitku yang hadir kembali, aku terbangun dengan rasa sesak dan kosong didada dan hatiku. Aku terbangun dengan kenyataan kamu tak lagi ada disini. Kamu pergi dari kehidupanku. Kamu memutuskan untuk benar-benar pergi. Dan hari ini menjadi hari yang paling menyakitkan dalam hidupku. Aku benci hari ini, sabtu 13 agustus 2016. Aku benci hari ini karena hari ini aku harus menjalani kehidupanku tanpa hadirmu lagi. Penantianku ternyata berakhir dengan sia-sia. Sabarku berbuah pahit. Aku menyesal telah menunggumu selama ini. Melalui catatan ini aku ingin mengenangmu kembali. Mengingat bahwa dulu pernah ada bahagia yang berakhir luka. Hanya jatuh cinta kepadamu yang membuat aku menjadi seseorang yang egois dan pengecut. Aku mencintaimu sangat dalam sehingga hanya kebahagiaanmulah yang aku utamakan. Aku begitu mempercayaimu sangat sungguh, bahwa

Arah Kisah Kita (CERPEN)

"Bintangnya indah ya" kataku. "Iya, indah. Aku jadi ingin menghitungnya." katanya sambil tersenyum manis. "Kamu tau nggak, kalau kamu sibuk menghitung bintang, kamu bakal kehilangan bulan" "Aku gak akan kehilangan bulan" timpalnya dengan santai sembari senyum menantangku. "Kenapa?" aku mencoba mencari tahu. "Aku gak percaya kalau bulan bisa menghilang. Karena bulan itu ada disisiku. Aku gak percaya kalau dia bisa menghilang" Farhan menyeringai mendekapku ke pelukannya. Seperti beberapa bulan yang hilang. Aku tersenyum sambil menikmati peluknya yang hangat yang sangat aku rindukan. Kutatap matanya yang sayu menerawang jauh dalam silau terang bulan. "Kamu belum pernah ya lihat bintang sama bulan diatas gunung?" Tanyanya. "Belum, mangkanya kamu ajakin aku naik gunung. Aku pengen banget rasain gimana rasanya naik gunung" Jawabku. "Yaudah, nanti aku ajakin kamu naik gunung buat lihat

Selamat Ulang Tahun, Pee!

Garut, 9 Agustus 2015 Sook san wan gerd kha, happy birthday, selamat ulang tahun, pee! Hari ini kau genap berusia 20 tahun. Hari ini kau bertambah dewasa. Aku hanya bisa berdo'a supaya Tuhan kita memberikanmu kebahagiaan diusiamu yang sudah memasuki kepala dua. Barakallah fii umriik, pee!  Tak terasa kita sudah memasuki bulan Agustus. Bulan dimana kita berdua dilahirkan ke dunia. Bulan yang selalu kita bicarakan di percakapan singkat kita di telpon, bukan? Ah, jika diingat sungguh indah kita dahulu. Perkenalan singkat, pertemuan yang hanya bisa dihitung dengan lima jari, dan kebersamaan yang hanya dua minggu saja sebelum akhirnya kau memutuskan untuk pergi. Banyak sekali warna-warni kehidupan dan juga pembelajaran hidup yang aku dapatkan dari dirimu, pee. Aku tau, kita tak pernah mempunyai hubungan lebih dari sekedar teman. Namun dahulu, kau membuatku berhasil jatuh cinta dengan caramu yang tak pernah kutemukan pada lelaki lain. Kau pernah bilang bahwa aku membuatmu n

Bintang Bulan Agustus

Garut, 8 Agustus 2019 Perlahan angin agustus membelai rambutku yang panjang. Memberi ketenangan pada jiwa yang sebenarnya sangat rapuh. Tapi kini aku merasa menjadi wanita yang sangat kuat. Tersenyum saat bersedih. Tersenyum saat mengingat hal yang menyakitkan dan hampir membuatku ingin pergi yang jauh ke tempat dimana hanya ada aku dan Ayahku. Ayahku, hal yang pernah membuatku menangis sekaligus mengingatkanku bahwa sebenarnya ia hadir untuk memberikan pelajaran berharga. Malam ini aku duduk sendiri menulis ini. Menatap langit malam yang bertaburan bintang-bintang yang indah. Aku mencintai bintang, meskipun karena keindahannya aku bisa saja kehilangan bulan. Bintang mencuri sinarnya dari sang rembulan. Membuat dirinya tampak cantik. Membuat setiap orang yang melihat dirinya begitu terkagum. Menghiasi malam menjadi menawan. Tapi malam ini aku berhenti mencintai bintang. Aku benci harus melihat bintang yang artinya aku harus mengingatmu yang mungkin sudah melupakan aku. Ak

Bintang Bulan Agustus

Garut, 5 Agustus 2016 Perlahan angin agustus membelai rambutku yang panjang. Memberi ketenangan pada jiwa yang sebenarnya sangat rapuh. Tapi kini aku merasa menjadi wanita yang sangat kuat. Tersenyum saat bersedih. Tersenyum saat mengingat hal yang menyakitkan dan hampir membuatku ingin pergi yang jauh ke tempat bapak berada. Hal yang pernah membuatku menangis sekaligus mengingatkanku bahwa sebenarnya ia hadir untuk memberikan pelajaran berharga. Malam ini aku duduk sendiri menulis ini. Menatap langit malam yang bertaburan bintang-bintang yang indah. Aku mencintai bintang, meskipun karena keindahannya aku bisa saja kehilangan bulan. Bintang mencuri sinarnya dari sang rembulan. Membuat dirinya tampak cantik. Membuat setiap orang yang melihat dirinya begitu terkagum. Menghiasi malam menjadi menawan. Tapi malam ini aku berhenti mencintai bintang. Aku benci harus melihat bintang yang artinya aku harus mengingatmu yang mungkin sudah melupakan aku. Aku benci harus melihat binta

Suara Hatiku

Jika kehadiranmu dalam hidupku untuk membuat jatuh cinta, kamu sudah sangat berhasil menjalankan misimu. Seharusnya aku dilarang jatuh cinta pada sikapmu yang dingin di sore itu saat pertama kali kita bertemu dan seharusnya tidak perlu ada cinta diantara kita. Tetapi caramu menatapku itu sungguh luar biasa dan aku tidak bisa menolakmu untuk masuk kedalam hatiku. Karena tiba-tiba kau bertahta sehebat itu, hingga aku tidak tahu cara mengantisipasi rasa sakit jika suatu saat aku harus benar-benar kehilanganmu, jika suatu saat kamu tak lagi menyapaku, jika suatu saat kamu menghapus aku dihidupmu. Aku tidak tahu maksudnya, maksud dari pelukmu yang erat, maksud dari kecupmu yang lekat disenja berganti malam kala itu. Aku tak tahu maksud dari ucapan "kangen" mu saat itu, apa kamu benar-benar merindukanku atau hanya tak ingin membuatku terluka karena kamu tak bisa memenuhi kemauanku. Aku tak tahu apa maksud dari kata "sayang" yang keluar dari mulutmu sore itu. Apakah ben

Masih Tentang Rindu

Cilacap, 8 Juli 2016 Ada yang berbeda disini. Kamu tidak tahu hari-hari penuh ketakutan yang aku lewati tanpa membaca pesan darimu. Kamu tidak mengerti hari-hari yang kurasa semakin sepi karena tidak mendengar suaramu diujung telepon. Kamu tidak paham betapa aku merindukan caramu memelukku, caramu merangkulku, caramu menatapku, caramu menenangkan bahwa dunia tidak akan meledak. Dan aku percaya begitu saja pada semua ucapanmu, seakan-akan kamu telah membaca semua pertanda dalam hidupku. Aku terlalu percaya ketika kau bilang sayang disenja yang menua diakhir juni. Sambil memelukku, kamu meyakinkan diriku bahwa aku tidak akan pernah kehilanganmu. Apakah benar?

Rindu

Cilacap, 7 juli 2016 Aku benci mengingat bagaimana caramu tersenyum. Aku benci menyadari bahwa senyum itulah yang selalu berhasil membuatku jatuh cinta dan terpana. Aku benci mengingat setiap lekuk wajahmu, bagaimana mata indahmu menatapku sangat dalam, rahang kuatmu, dan bibirmu yang semakin menghitam karena rokok itu entah mengapa telah menjadi pemandangan favoritku meskipun aku tak menyukai kamu mempunyai hubungan dengan rokok-rokok itu. Aku benci menerima kenyataan bahwa hari ini, aku tidak punya kesempatan untuk memandangimu lebih dekat seperti waktu itu. Aku benci harus jauh darimu. Aku benci harus merindukanmu yang belum tentu merindukanku.

Untuk Sebuah Penantian

Aku pernah berpikir untuk pergi dan berhenti. Seringkali aku berniat untuk mundur, menyerah, dan pasrah. Bahkan, aku ingin mencari penggantimu namun apa daya aku hanya mencintaimu. Aku sadar dan teramat sadar akan arti perjalanan kisah ini. Kisah kita memang baru sebentar namun kesan terukir sangat indah. Terlalu indah jika hanya harus dilepaskan lalu dilupakan demi sebuah keegoisan. Walau baru sebentar, ada makna didalamnya yang tak mampu hilang begitu saja. Kau bilang, kau mencintaiku. Kau bilang rasamu lebih dari waktu itu. Kau bilang, bersamaku kau dapat menemukan kenyamanan. Tapi yang kubaca tidak seperti itu. Aku tak melihat ada cinta di kedua bola matamu. Kau bilang kau mencintaiku karena kau membutuhkanku, bukan? Kau tak pernah mau menjelaskan tentang hubungan kita setelah keputusanmu waktu itu. Biar aku beritahu, tak ada seorang perempuan di dunia ini yang ingin digantungkan perasaannya oleh pria yang ia cintai. Semua butuh kejelasan. Apakah kita hanya sekedar teman atau

HAI

Hai. Apa kabar? Masih hidup? Katanya gak bisa hidup tanpa aku, tapi kenapa sekarang masih hidup? Kok sombong, sih? Inget gak kenangan kita yang dulu? Inget gak dulu pernah kemana aja? Ngapain aja? Inget gak dulu pernah punya rencana mau ngajak pergi ke suatu tempat? Kok pergi sama yang lain? Dulu manis banget, kok sekarang kayak kopi hitam tanpa gula? Pahit. Inget gak sih dulu punya janji apa? Katanya janji kok gak ditepatin? Terbakar ingkar yang kamu buat sendiri? Katanya "aku gak akan tinggalin kamu" pas aku bilang "janji ya jangan tinggalin aku" Kok munafik, sih? Oh, iya, kan dulu kamu lagi bahagia. Mungkin kamu sekarang lupa atau pura-pura lupa. Katanya gak akan bisa lupain tapi kok move on duluan? Itu perempuan siapa? kok banyak perempuannya sih? Katanya kangen, kok biasa aja. Katanya sayang, kok bodo amat. Kenapa datang dan pergi sesukanya? Kamu main-main? Kok bisa cepet lupa gitu, sih, amnesia?

Untuk Seseorang yang Pernah Begitu Kupahami

Untuk seseorang yang pernah begitu kupahami, Maaf kalau harus menyebutkan kata-kata ‘pernah’. Karena memang pernah dan kini tak lagi. Ada sebuah batas transparan dari dirimu yang kini tak pernah bisa kusentuh. Temlat khusus yang tak lagi menyertakan aku dalam tempatnya. Pikiranmu yang tak bisa lagi kuterka akan kemana tujuannya. Ada banyak hal sederhana yang kini menjelma menjadi rumit. Dan seolah-olah perubahan-perubahan ini membuat kita saling menyalahkan diri sendiri, lalu semakin menjauh, dan perlahan menjadi dua orang asing. Bukan salahmu, jika ada yang harus selesai di antara kita. Bukan salahku, jika tak bisa lagi meneruskan setiap rasa pertama kali yang pernah kita bagi. Ini hanya cara kita belajar bahwa memang perlu ada yang berubah. Dan biarkan waktu yang mengajari kita untuk menerimanya, ya? Aku mundur , atas segala rasa yang nantinya bisa memperburuk kondisi hati. Aku mundur untuk memberi ruang untukmu mencari yang terbaik. Aku mundur untuk menitipkan lagi segala rasa

Pulang

Aku selalu percaya, tujuan kita hidup di dunia tak sekedar bernafas, bermain, belajar, pergi ke kampus, dan hal semacamnya. Aku percaya bahwa hidup adalah untuk mencari jati diri. Kita hidup untuk menemukan siapa kita sebenarnya. Aku berkaca pada hidup yang terkadang lucu. Pada orang-orang yang aku kagumi. Pada orang-orang yang aku sayang. Kita, manusia, sedang berpetualang mencari jati diri. Mencari jalan untuk menembus waktu dan menyatukan keping-keping masa lalu. Hidup adalah perjalanan mencari jati diri. Lebih dari itu, hidup adalah perjalanan untuk mencari jalan pulang. Ke sebuah rumah yang hangat. Yang didalamnya berisi tawa hangat orang-orang tersayang. Sebuah rumah yang membuat kita tak ingin pergi meskipun mungkin keadaan diluar sana lebih menyenangkan. Semoga kamu cepat sadar. Bahwa sebenarnya kamu sudah menemukan jalan pulang. Kami adalah keluargamu, kami adalah rumahmu. Sejak kamu dipeluk ibu, sejak kamu ditimang ayah, sebenarnya, kamu sudah.....pulang.

Perasaan Yang Masih Sama (Sebuah Pengakuan)

Hari ini, kita bertemu lagi. Kau memandangi wajahku yang sembab karena menangis. Kali ini air mataku bukan karenamu lagi. Kita berbicara hanya berdua di ruangan yang menyimpan sejuta kenangan tentang kita. Setelah sekian lama kita tak bertemu, akhirnya kita dipertemukan. Aku memandangi layar handphoneku sambil menahan rasa rindu yang mungkin hanya aku dan Tuhan pahami. Aku merindukan kamu yang sejak tadi tersenyum jahil, mencoba membuatku tersenyum kembali setelah kejadian menyakitkan tadi. Jujur, meskipun aku merindukanmu dengan sangat, aku tak berani menatap wajahmu yang selalu aku temui dalam mimpiku. Aku takut, aku semakin larut dalam kesedihanku yang dahulu karena bagaimanapun aku ingin melupakannya. Walau pada akhirnya tetap saja aku tak bisa. Kedua bola mata indah yang kamu miliki, yang dahulu pernah menatap mataku dengan sangat dalam itu selalu mengingatkanku pada setiap detik kebersamaan kita yang kini tinggal angan dan kenangan. Matamu selalu berhasil membuatku rindu. Mata

Tentang Seseorang Yang Telah Pergi (2)

Garut, 5 Mei 2016. Bila aku harus menuliskan tentang rasa yang aku punya untukmu, mungkin ratusan buku akan tercipta karenamu. Dan mungkin itupun takkan pernah cukup. Karena, duniaku hanya penuh dengan gambar dan khayalan yang bercampur aduk dengan kenyataan. Tapi, aku begitu ingin menuliskan semua yang tak mampu kusampaikan padamu. Menuliskan tentang kamu dan kepergianmu. Kamu yang hadir ketika hatiku patah karena dia, akhirnya pergi. Dan pada akhirnya aku sendiri. Kamu yang pernah berjanji untuk selalu bersamaku sampai akhir hidupku, memutuskan untuk pergi di tengah jalan cerita kita. Kamu pergi bersama angin yang berhembus pelan di soreku. Kamu pergi tanpa memberiku ucapan selamat tinggal dan kepastian tentang hubungan kita yang semakin hari semakin tak ada maknanya. Kamu pergi meninggalkan sejuta luka yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidup. Saat kau putuskan untuk pergi, yang tertinggal hanyalah aku disini, sendiri. Tak ada hal yang lebih menyakitkan disaat aku diting

Surat Kecil Untukmu

Kau tahu mengapa aku tak pernah bisa menjawab setiap kau tanya apa alasanku mencintaimu? Karena jika beralasan, maka itu bukan cinta sungguhan. Kau tahu mengapa aku semarah itu sewaktu kau mendua? Karena dari semua manusia, kau yg paling aku percaya. Mungkin aku hanya tidak menyangka. Kau tahu mengapa aku selalu memaafkanmu lagi dan lagi? Karena aku percaya selalu ada pembelajaran dari setiap kesalahan, bahkan yg terburuk. Kau tahu mengapa aku mencegahmu saat kau pergi, tapi tak melarangmu? Karena aku tahu kau pantas bahagia. Mungkin bukan aku yg membuatmu bahagia.Tapi aku tak pernah tahu mengapa kau memilih pergi. Aku tak pernah tahu mengapa kesempatan yg kau beri tidak sebanyak yg ku beri. Ah itu hakmu. Sakit yg kau beri mengajari aku banyak hal untuk menjadi manusia yang lebih baik. Sayang kau tak ada disini saat aku bisa menjadi lebih baik. Terimakasih utk perjalanannya, terimakasih utk pembelajarannya. Kau dan aku punya cerita, meski mungkin tamat'nya tidak seperti y

Kini dan Kemarin

Garut, 29 April 2016 Aku menulis ini ketika rasa rinduku pada sebuah keluarga kecil yang sederhana semakin memenuhi setiap aliran darahku. Aku merindukan kebiasaan-kebiasaan lama yang membuatku tak ingin pulang ketika malam semakin larut. Aku rindu ketika kita saling tukar pikiran yang tak pernah mengenal waktu. Aku rindu pembicaraan kita yang semakin malam semakin ngawur. Aku rindu bernyanyi bersama kalian. Aku rindu petuah-petuah kalian. Aku rindu kalian, kebersamaan kita, rumah itu, dan semua penghuni yang tak bisa dilihat secara kasat mata. Rasanya baru kemarin aku merasakan kehangatan sebuah keluarga yang tak pernah kutemukan dimanapun. Rasanya baru kemarin aku mendengar tawa canda hangat kalian sahabat-sahabatku. Rasanya baru kemarin aku bertemu dan mengenal kalian semua.  Pertemuan kita tak pernah direncanakan sebelumnya. Aku bertemu dengan kalian dalam keterasingan dan keingintahuanku akan sebuah nama yang kalian sebut dengan "kom". Aku tak pernah menyan

Mengembalikan Arti (Tulisan Kurniawan Gunadi)

Kalau pagi datang, kemudian kamu menyadari bahwa kamu sendirian? Bagaimana rasanya? Kalau saja dicabut semuanya apa-apa yang kamu miliki saat ini -harta, kedudukan, wajah yang rupawan, dan segala kenikmatan yang kamu dapat- , apakah kamu masih akan memikirkan tentang kesendirianmu? Kalau hidupmu terasa kosong, jangan-jangan selama ini kamu salah mengisinya. Mengisi hidupmu dengan hal-hal yang memang mudah sekali pergi. Meski kamu sudah berkali-kali dingatkan bahwa hakikatnya kamu tidak pernah memiliki apapun, tapi betapa besar keinginanmu untuk memiliki apapun selama ini. Keinginan yang membuat hidupmu terasa bersemangat tapi semu. Kamu hanya ingin memiliki tapi tidak pernah siap untuk kehilangan. Lantas, ketika segala hal yang selama ini membuat hidupmu terasa berwarna, pergi satu per satu. Bagaimana rasanya? Mungkinkah selama ini, kamu salah mengisi hidupmu? Yogyakarta, 29 April 2016 | ©kurniawangunadi | NTMS

Selamat Ulang Tahun, Farhan

Garut, 24 April 2016 Hari ini, dua puluh empat april dua ribu enam belas tepat dua puluh tahun kau menghirup udara di dunia yang sempit ini. aku tau, kamu tak mungkin membaca bacaanku kecuali aku membacakannya di depan kelas seperti waktu itu, kau pasti akan mendengarkannya dengan seksama. bertanya-tanya tentang siapa laki-laki yang kuceritakan, yang kusamarkan namanya menjadi Farhan. Kamu tak menyadarinya sampai sekarang, bukan? Farhan itu kamu. Laki-laki dingin, egois, tak punya hati, anti-sosial, introvert yang aku kagumi sampai hari ini. hari ini adalah hari tepat empat tahun aku mengagumi secara diam-diam. hari ini tepat empat tahun aku mengenalmu. hari ini tepat empat tahun sejak pertemuan pertama kita dan perdebatan kita tentang calon presiden di ruangan biru langit itu. dan, selama empat tahun ini kita masih tetap bersama. kuliah di satu universitas yang sama, namun berbeda Fakultas. aku bersyukur telah mengenalmu, Farhan. Aku banyak belajar darimu. belajar menghadapi lak

Terimakasih, Kau Telah Mematahkan Hatiku, Lagi

26 April 2016 Ini tentang perasaanku kepadamu. Kamu mungkin mengira aku adalah “robot” yang tidak memiliki perasaan dan tidak dapat merasakan sakit, sehingga kamu bisa mengabaikanku sesuka kemauanmu. Aku selalu memberi perhatian terbaik yang bisa aku berikan, sesering mungkin aku mengingatkanmu agar tidak telat makan dan meminum obatmu, dan sesabar mungkin aku mendengar semua cerita dan permasalahanmu. Sayangnya, usaha terbaik saya sering mendapatkan pengabaian. 3 bulan setelah tanggal 12 November 2015, setelah hari kamu memintaku untuk menjadi seseorang yang spesial dihatimu, kamu berubah. Kadang kamu merespon, tapi respon itu tidak kamu berikan dengan sungguh-sungguh. Respon itu malah terlihat seperti penghiburan untuk seorang “robot” yang telah kelelahan dan kebingungan. Ketika aku menangis, kamu selalu bilang jangan menangis. Jika kamu melihatnya lebih dalam lagi, alasan aku menangis adalah dirimu . Awalnya, 5 bulan terakhir ini, aku tidak mengerti, apakah semua yang aku

Ketulusan

Aku belajar mencintai dengan tulus itu adalah mencintai dengan segala kekurangannya, tanpa melihat kelebihannya, aku mencintai dengan hati, tanpa melihat fisiknya, dan cinta tulus itu lah yang membuat kita kuat. Walaupun dia terus menyakiti hati kita, tau kan arti tulus seperti apa? Kita mencintainya dengan ikhlas, tanpa mengharap cinta yang didasari keikhlasan itu bisa dibalas oleh orang yang kita cintai. Meskipun ada perasaan orang lain yang dia jaga, cinta akan selalu ada, setia dengan penuh kesabaran. Cinta itu harus saling membebaskan. Karena cinta itu sederhana, perasaan yang muncul dari hati kita dengan tujuan utamanya hanya untuk menyayangi dan membuat orang yang kita cintai itu bahagia. Sebenarnya cinta sesederhana itu, tapi manusia sering membuatnya rumit dan berbelit-belit. Cinta yang tulus itu seperti apa, sih? Cinta yang tulus itu seperti matahari yang begitu tulus memberikan sinarnya. Seperti bulan juga, meski dia sendirian, bulan tetal bersinar meski banyak bintang

Pada Akhirnya

Di senja yang hampir memudar, aku bertemu denganmu. Dengan rasa yang cukup berkecamuk. Entah membencimu atau justru mencintaimu. Aku tidak tau. Kamu tau, tak ada kesan yang indah di pertemuan pertama kita saat itu. Hanya bercakap-cakap sebentar lalu aku memilih pulang karena aku tak suka dengan sikapmu. Lalu, kita bertemu lagi disenja yang bersembunyi. Hanya sebentar, dan itu sangat menyakitkanku. Aku pikir, setelah hari itu kita tidak akan bertemu lagi. Bahkan aku sempat berpikir tak ingin bertemu dengan kamu lagi setelah kesan yang tak indah di pertemuan pertama kita.   Dan sejak saat itu, kita memang tak pernah bertemu lagi. Sampai tiba hari itu, hari kamis entah tanggal berapa aku lupa, tiba-tiba aku ingin bertemu denganmu. Dan apa yang aku dapat, kita bertemu pada hari dimana aku memohon pada Tuhan ingin bertemu denganmu walau sekejap. Di parkiran itu, kita berpapasan. Kau tersenyum manis kepadaku dan aku berpikir apakah kau masih mengingatku?. dan pada saat itu juga aku sada

Keinginan Sederhana

Aku mencintaimu bukan karena kau siapa. Aku mencintaimu karena Tuhan mengizinkannya. Ini juga bukan tentang berapa lama kita saling mengenal. Aku selalu percaya, Tuhan sudah mengatur perihal jodoh. Tinggal kita berusaha semaksimal mungkin. Kekasih, aku tidak meminta banyak hal. Aku hanya ingin kita sama-sama berjuang. Memberikan segala yang terbaik untuk dibuktikan kepada Tuhan agar kita tidak dipisahkan. Kita saling menemukan bukan karena kebetulan. Karena kurasa pertemuan kita adalah jawaban dari doa-doa. Biarlah sementara kita beradu rindu dengan jarak yang memisahkan kita. Karena aku pun percaya Tuhan mengaturnya karena sebuah alasan. Mungkin saat ini belum menemukan jawabannya. Tapi percayalah kita akan menjadi cerita dunia. Semoga semua ini menjadikan kita dewasa. Karena Tuhan sedang mengajarkan kita makna cinta sesungguhnya. Tentang doa, tentang setia, tentang saling percaya. Kelak denganmu nanti aku ingin bahagia dengan bahagia. Dengan cara sederhana dan ceritanya yang p