Bintang Bulan Agustus

Garut, 5 Agustus 2016

Perlahan angin agustus membelai rambutku yang panjang. Memberi ketenangan pada jiwa yang sebenarnya sangat rapuh. Tapi kini aku merasa menjadi wanita yang sangat kuat. Tersenyum saat bersedih. Tersenyum saat mengingat hal yang menyakitkan dan hampir membuatku ingin pergi yang jauh ke tempat bapak berada. Hal yang pernah membuatku menangis sekaligus mengingatkanku bahwa sebenarnya ia hadir untuk memberikan pelajaran berharga.

Malam ini aku duduk sendiri menulis ini. Menatap langit malam yang bertaburan bintang-bintang yang indah. Aku mencintai bintang, meskipun karena keindahannya aku bisa saja kehilangan bulan. Bintang mencuri sinarnya dari sang rembulan. Membuat dirinya tampak cantik. Membuat setiap orang yang melihat dirinya begitu terkagum. Menghiasi malam menjadi menawan.

Tapi malam ini aku berhenti mencintai bintang. Aku benci harus melihat bintang yang artinya aku harus mengingatmu yang mungkin sudah melupakan aku. Aku benci harus melihat bintang karena aku harus mengingat bagaimana kau menghilang dari hidupku dalam beberapa hari ini. Aku benci harus melihat bintang karena aku harus mengingat bagaimana caramu merangkulku dalam perjalanan itu. Aku benci harus melihat bintang karena aku harus mengingat bagaimana aku bercerita padamu tentang keinginanku melihat bintang diatas gunung. Keinginan yang mungkin takkan pernah bisa aku lihat. Aku benci harus melihat bintang malam ini. Karena melihat bintang berarti aku harus menerima kenyataan bahwa aku sudah kau lupakan.

Telah ku gantungkan asaku bersamamu. Tapi kau malah pergi meninggalkanku, lagi. Aku tak mengerti betapa kesempatan yang aku berikan tak pernah kau gunakan dengan baik. Selalu saja kau sia-siakan. Kamu membuatku bahagia tapi setelah itu kamu seakan melupakanku, lalu kau pergi tanpa sepatah kata, yang selalu membuatku bertanya "apakah kau benar-benar lergi atau sementara saja". dan yang bisa aku lakukan hanya menulis ini dengan tersenyum sambil menahan air mata yang hampir jatuh.

Tapi pada akhirnya aku harus menentukan hidupku sendiri bukan. Sudah terlalu lama kugantungkan asaku bersamamu. Asa yang kini kusebut dengan sebuah mimpi yang sejak kemarin sudah aku tenggelamkan. Terimakasih untuk semua masa yang telah kita lalui bersama. Ini dimana saat kita berjauhan. Jangan pernah mencari aku. Karena kelak aku akan datang untuk menemuimu.

Aku tak pernah main-main. Aku bersungguh-sungguh dengan segala rasa yang aku punya untukmu. Membiarkan cintaku tumbuh meski aku tau kau tak ingin terikat seperti dahulu.

Seperti bintang di bulan agustus yang menawan meski angin kencang terus membuat mereka dingin. Seperti bintang di bulan agustus yang bersinar terang meski angin membuat mereka gamang. Selalu ada harapan meski tak sepenuhnya dapat aku dapatkan. Aku akan tetap disini menunggumu kembali dalam ketidakmungkinan ini. 

kau boleh pergi. Tapi aku mohon, datanglah sekali lagi dan ucapkan apapun. Karena perpisahan tanpa kata-kata sungguh menyakitkab. Dan yakinkan aku bahwa bintang di bulan agustus selalu indah dan tak pernah buruk jika aku harus mengingatmu. 

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana ku Tak Jatuh Cinta

PROTES KERAS TERHADAP PENIPUAN YANG MENYALAHGUNAKAN KARTU IDENTITAS SAYA

Kebersamaan Yang Tiada Akhir