Untuk Sebuah Penantian

Aku pernah berpikir untuk pergi dan berhenti. Seringkali aku berniat untuk mundur, menyerah, dan pasrah. Bahkan, aku ingin mencari penggantimu namun apa daya aku hanya mencintaimu.

Aku sadar dan teramat sadar akan arti perjalanan kisah ini. Kisah kita memang baru sebentar namun kesan terukir sangat indah. Terlalu indah jika hanya harus dilepaskan lalu dilupakan demi sebuah keegoisan. Walau baru sebentar, ada makna didalamnya yang tak mampu hilang begitu saja.

Kau bilang, kau mencintaiku. Kau bilang rasamu lebih dari waktu itu. Kau bilang, bersamaku kau dapat menemukan kenyamanan. Tapi yang kubaca tidak seperti itu. Aku tak melihat ada cinta di kedua bola matamu. Kau bilang kau mencintaiku karena kau membutuhkanku, bukan? Kau tak pernah mau menjelaskan tentang hubungan kita setelah keputusanmu waktu itu. Biar aku beritahu, tak ada seorang perempuan di dunia ini yang ingin digantungkan perasaannya oleh pria yang ia cintai. Semua butuh kejelasan. Apakah kita hanya sekedar teman atau kita sepasang kekasih. Aku lelah dalam penantian ini. Lelah karena kau terus mempermainkan tulusnya perasaanku padamu. namun, melalui celoteh ini aku ungkapkan perasaab yang entah kapan kau mengerti dan pahami. Aku sangat mencintaimu.

Ada air mata yang ingin terjatuh dari mataku ketika kupandangi foto kebersamaan kita disalah satu sudut dompetku. Dulu, kau memaksaku untuk difoto bersama, padahal aku tidak mau. Dan ada sesak saat aku mengingat kebersamaan yang tercipta antara kita saat aku memandangi bingkai lukisan kita berdua. Ingin rasanya aku berteriak, menangis, dan ungkapkan penat dihati ini tepat dihadapanmu. Lagi lagi aku tersadar, tak ada sosokmu disini.

Mungkin, hanya lewat bisikan hati aku sampaikan perasaan ini padamu. "Aku ingin ungkapkan bahwa aku sangat ingin bersamamu lagi. Bercanda seperti dahulu dan melakukan hal-hal bodoh bersama. Aku ingin sekali rasanya memelukmu dan aku takkan kulepaskan pelukanku. Bisakah kita kembali seperti dahulu?"

Walau aku sadar, semua tidak mungkin bagiku melakukan semua hal terbodoh seperti dahulu. Namun, aku sangat berharap kau datang menemuiku dan memberiku ketenangan seperti dulu lagi. Aku mencintaimu, aku menyayangimu, dan aku teramat sangat merindukanmu.

Senja ini menyadarkanku, bahwa gelap pun akan datang. Aku harap penantian ini dapat kau sadari sebelum aku menua pada senja dan menghilang bersama gelapnya malam.

Disaat kau mengerti, aku harap kau membawaku pada cahaya terang sehingga kudapat melihat indahnya dirimu, dengan hangatnya pelukmu.

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana ku Tak Jatuh Cinta

PROTES KERAS TERHADAP PENIPUAN YANG MENYALAHGUNAKAN KARTU IDENTITAS SAYA

Kebersamaan Yang Tiada Akhir