Perasaan Yang Masih Sama (Sebuah Pengakuan)

Hari ini, kita bertemu lagi. Kau memandangi wajahku yang sembab karena menangis. Kali ini air mataku bukan karenamu lagi. Kita berbicara hanya berdua di ruangan yang menyimpan sejuta kenangan tentang kita. Setelah sekian lama kita tak bertemu, akhirnya kita dipertemukan. Aku memandangi layar handphoneku sambil menahan rasa rindu yang mungkin hanya aku dan Tuhan pahami. Aku merindukan kamu yang sejak tadi tersenyum jahil, mencoba membuatku tersenyum kembali setelah kejadian menyakitkan tadi.

Jujur, meskipun aku merindukanmu dengan sangat, aku tak berani menatap wajahmu yang selalu aku temui dalam mimpiku. Aku takut, aku semakin larut dalam kesedihanku yang dahulu karena bagaimanapun aku ingin melupakannya. Walau pada akhirnya tetap saja aku tak bisa. Kedua bola mata indah yang kamu miliki, yang dahulu pernah menatap mataku dengan sangat dalam itu selalu mengingatkanku pada setiap detik kebersamaan kita yang kini tinggal angan dan kenangan. Matamu selalu berhasil membuatku rindu. Matamu selalu berhasil membawaku pulang. Matamu selalu berhasil membuat aku tidak sabar untuk pertemuan kita berikutnya.

Beberapa jam berbincang banyak hal denganmu, namun mengapa aku masih belum bosan untuk beranjak dari tempat itu. Seandainya Tuhan berbaik hati untuk memberikan waktu yang tak terbatas untuk kita berdua, mungkin aku adalah perempuan paling bahagia di dunia. Aku tidak bisa berbohong bahwa aku semakin mencintaimu. Aku semakin jatuh cinta pada caramu memandangiku, caramu membuatku tersenyum, caramu berbicara padaku, dan sikapmu yang tak pernah berubah. Masih saja kamu mencubit hidungku dan membuat rinduku semakin menggebu.

"Ok...ok...ok..."
"Ok apa?"

Kamu tertawa. Dan aku suka. Percakapan yang membuatku takkan pernah melupakan sedetik pun kebersamaan denganmu. Dan kau tau, perkataanmu semalam sebenarnya ada yg membuatku tak mengerti. Semua yang kau ungkapkan membuatku bertanya-tanya. Seperti sebuah teka-teki yang harus kucari artinya. Apakah kamu masih punya perasaan yang sama untukku? Semuanya menggantung diudara. Aku tak bisa mengerti separuh dari ucapanmu tentang perasaanmu. Apakah kamu ingin kembali atau kamu hanya ingin melindungiku dari orang-orang itu, aku tak mengerti. Aku tak bisa menerka isi hatimu malam ini.

Untuk malam ini, aku sadar, bahwa hatiku tak pernah terisi untuk yang lain. Ia terkunci hanya untukmu. Dan....ia berharap bahwa kamu akan kembali mengisinya dan tak pergi lagi tanpa aba-aba seperti waktu itu.

Perasaan yang masih sama seperti dulu masih saja aku rasakan, kukira tak ada yang berubah sejak kita berpisah. Aku tak mampu menghapus kamu dari ruang hatiku.

Tapi, bagaimanapun aku sadar dan tahu diri. Mungkin, kita tak bisa seperti dulu, lagi. Meskipun perasaan yang aku punya masih sama tetap saja hatimu masih saja sulit untuk aku tebak. Terimakasih pernah ada. Dan aku harap akan selalu ada untukku.

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana ku Tak Jatuh Cinta

PROTES KERAS TERHADAP PENIPUAN YANG MENYALAHGUNAKAN KARTU IDENTITAS SAYA

Kebersamaan Yang Tiada Akhir