Jatuh Cinta Sendirian 2 (CERPEN)
Bahagia itu sederhana, saat kita
bisa melepas rasa sakit dan menderita.Bahagia itu sederhana, saat kita mampu
menerbangkan segala kesedihan.Merubahnya menjadi senyum dan tawa. Dan
kebahagiaan itu sederhana, saat keyakinan kita akan sebuah cinta dan jadi
alasan untuk bertahan. Bertahan untuk tersenyum, bertahan untuk menyimpan rasa
dalam diam, dan bertahan untuk hidup.
Sejak dua puluh empat april dua ribu
empat belas, setelah satu tahun kita bersama. Kamu menyelinap dalam ruang hatiku. Menjadi sosok baru yang nampaknya
menarik. Kamu menyukai apa yang aku suka. Tapi, kenapa kamu tidak pernah
menyadari semua kenyataan bahwa kita mempunyai banyak kesamaan.
Kita sudah saling tahu sejak satu
tahun lalu. Pertemuan pertama kita terekam jelas di otakku.Aku sering
memainkannya dalam gerak lambat. Mengingat mereka, merasakan setiap helai
gerakanmu. Kita bertemu dalam sebuah ruangn kecil berwarna biru langit.Kamu ada
disana, aku ada disana. Tidak saling mengenal.
Dalam diam aku mengagumi dirimu. Dalam
diam juga rasa kagum itu tumbuh menjadi cinta.Cinta yang sederhana. Sesederhana
hatiku memilih kamu, Farhan. Sesederhana aku menyimpan rasa ini sendirian. Rasa
yang tidak pernah hilang. Datang dan pergi sesuka hati. Yang dapat mendatangkan
rindu. Mencintaimu dalam diam… Bagaikan pungguk merindukan rembulan. Tapi
bukankah cinta tidak harus memiliki dan terikat.
Farhan, teman sekelasku sekaligus nama
yang selalu mengisi setiap ruang kecil didalam hatiku. Laki-laki baik dan
menyebalkan.Laki-laki yang selalu membuatku tertawa dengan segala canda yang
dia punya.Aku mencintainya, tapi sayang Farhan mencintai Tara. Perempuan yang
sudah lama dia kenal, jauh sebelum aku dan dia bertemu pada akhirnya.
*****
Aku menatap jauh kedalam ruangan
berwarna kelabu.Dia ada disana. Duduk disebuah bangku urutan kedua. Ruangan itu
tampak sepi.Gerak tangannya begitu lincah saat dia memainkan ponsel berwarna
hitam miliknya. Lalu, dia mengeluarkan headset berwarna putih miliknya. Mendengarkan
sebuah lagu. Tak lama, aku melihat mulutnya komat-kamit melapalkan lagu jet lag
milik simple plan yang merupakan lagu kesukaanku. Ah, Farhan kita begitu sama.
Tapi kenapa kamu masih tidak menyadari semua itu.
“Jadi, dia laki-laki yang sudah
membuatmu seperti ini, Al?” kata Lulu yang tiba-tiba sudah berada disampingku.
“Eh, hei Lu.Sejak kapan kamu
disitu?” tanyaku salah tingkah.
“Sejak kamu memperhatikan Farhan
diam-diam.” Jawab Lulu datar.
Aku tersenyum simpul dan mencoba
sekuat tenaga untuk tetap terlihat tenang di dekat Lulu. Aku tidak ingin orang
lain tahu tentang perasaanku. Aku takut mereka menertawai aku, karena Farhan
merupakan orang yang paling dibenci oleh teman-teman kelas.
“Kamu suka sama dia, Al?” Tanya
Lulu. Aku hanya menggelengkan kepala.Perasaanku seketika tak menentu.
“Kamu bohong, Al!”
“Aku gak bohong, kok.Beneran deh.”
“Mata kamu gak bisa bohong,
Alisa.Aku sahabat kamu, aku udah kenal kamu lama, Al.” tukas Lulu.
“Hhh I-iya deh aku jujur. A-aku suka
sama Farhan, Lu.” Kataku gugup.
“Serius? Kok bisa sih kamu suka sama
laki-laki individualis yang dingin itu? Semua orang dikelas benci sama dia.
Tapi kamu, kamu malah suka sama dia.” Kata Lulu heran.
“Ya, terkadang jatuh cinta adalah
hal yang paling tidak demokratis. Kita nggak bisa milih bahkan nolak untuk
tidak menyayangi seseorang.” Kataku santai.
“Bener juga sih, Al. Kalau gitu,
kamu harus pertahankan rasa yang kamu punya buat dia. Kalau bisa sih kamu
deketin dia. Siapa tahu dia punya rasa yang sama kayak kamu.” Kata Lulu sumringah.
Aku tersenyum dan mematung.
Memikirkan apa yang Lulu katakan. Bagaimana bisa aku mendekati Farhan.Laki-laki
itu sangat dingin.Sudah satu tahun kita bersama, tapi kita tidak pernah
bertegur sapa.Kita seperti dua kapal yang berpapasan sewaktu badai. Kita telah
bersilang jalan satu sama lain. Tapi kita tidak membuat sinyal, kita tidak
mengucapkan sepatah katapun.Kita tidak punya apapun untuk dikatakan.Ditambah,
aku tahu bahwa Farhan mempunyai rasa untuk Tara, bukan untukku.
*****
Apa ada yang lebih sakit daripada
ditinggalkan seseorang yang paling kau sayangi? Tentu saja ada.Ada yang lebih
sakit daripada itu.Mencintai seseorang yang begitu dekat, tapi cinta yang
selalu bertumbuh itu tidak pernah menyentuh dan menjamah.Seperti awan yang
selalu bersama-sama dengan langit.Aku adalah awan dan Farhan adalah Langit.
Meskipun kita selalu bersama, tetap saja awan tidak akan pernah bisa menyentuh
langit. Sangat menyakitkan.Tapi aku sangat bahagia dan bersyukur karena Tuhan
selalu berbaik hati mempertemukan kita.Seperti hari ini, guru mata pelajaran
biologi ingin kita berkelompok. Entah takdir atau sekedar kebetulan, aku dan
Farhan ada pada kelompok yang sama. Tapi untukku, kebetulan itu tidak ada. Yang
ada itu takdir an rencana Tuhan yang terkadang tidak kita sadari
“Oh, ya jadi kapan kita akan kerja
kelompok?” tanyaku memulai percakapan.
“Gimana kalau hari minggu aja.”
Jawab Alan, sahabat Farhan yang kebetulan satu kelompok denganku.
“Ok aku setuju sama kamu, Lan. Tapi
dimana?” tanyaku lagi.
“Dirumah kamu aja, Alisa.” Jawab
Farhan.
Aku mengangguk pelan tanda
mengiyakan.Aku bahagia karena bisa mempunyai waktu lebih lama untuk bersama
dengan Farhan. Meskipun hanya sekedar untuk belajar bersama yang menurut orang
lain tak seberapa. Namun untukku ini sangat luar biasa.
*****
“Kamu mau membantuku kan, Lan?”
Tanya Farhan sesampainya dia dirumahku.
“Tergantung. Memangnya membantu
apa?” Tanya Alan penasaran.
Farhan terdiam sejenak saat dia tahu
aku sedang memperhatikannya secara diam-diam.
“Tara” ujar Farhan dengan tone suara
yang pelan. Namun, aku masih mendengarnya.
“Tara? Kamu masih menyukainya, Han?
Dia kan sudah punya pacar.” Ujar Alan.
“Iya aku tahu, Lan.Tapi setiap orang
punya hak untuk mencintai seseorang, kan?” kata Farhan.
Alan hanya terdiam lalu memandangi
aku yang tidak focus dengan apa yang aku kerjakan. Mungkin Alan paham apa yang
terjadi pada diriku. Sangat menyakitkan memang saat kita mendengar orang yang
kita cintai membicarakan orang lain yang dia cintai.
“Udah seharusnya kamu membuka hati
untuk yang lain, Han. Siapa tahu di dekat kamu ada orang yang tulus mencintai
kamu.kamu harus peka dengan dunia yang ada disekitar kamu. Apa kamu sadar bahwa
ada orang yang sangat dekat dengan kamu mencintai kamu dengan tulus, Han?” ujar
Alan.”Kamu tahu kan Al siapa orang itu? Tambahnya.
Aku terkejut.Kenapa Alan bisa
bertanya seperti itu padaku.Aku seperti tersudutkan.Apamungkin dia tahu bahwa
aku sedang jatuh cinta pada sahabatnya. Jatuh cinta sendirian.
“Aku gak tahu, Lan.” Kataku.
“Serius kamu gak tahu?” Tanya Alan
lagi.Aku mengangguk mengiyakan.Kenapa Alan seperti menyudutkanku.Apa Lulu
bercerita tentang rasa yang kupunya pada Alan.
“Kalau misalnya ada yang tulus cinta
sama aku, kenapa aku gak bisa tahu itu? Kenapa aku gak bisa lihat dia?” Tanya
Farhan penasaran.
“Karena kamu menutup rapat hati
kamu, Han.” Jawab Alan.
“Ya, aku memang menutup rapat hati
aku, Lan.Kenapa aku gak bisa membukanya? Kenapa aku cuman bisa menyimpan satu
nama dihati aku? Kenapa, Lan?” Tanya Farhan lagi.
“Kamu gak usah Tanya kenapa. Karena
sejuta kata kenapa gak akan bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan di hati
kita. Dan sejuta kenapa lama-kelamaan akan membuat kita mempertanyakan
keputusan Tuhan. Bukankah sebaiknya kita selalu berprasangka baik sama Tuhan.”
Ujarku, lalu memfokuskan diri pada layar laptop didepanku.
“Nah! Aku setuju sama Alisa.” Ujar
Alan.
Farhan hanya diam. Dia tidak
menghiraukan aku dan Alan.Dia benar-benar dingin dan datar.Seperti mati
rasa.Aku benar-benar seperti tidak bermakna.Tak punyai arti apa-apa.
Seandainya dia tahu, kita mempunyai
peran yang sama di panggung drama ini. Sebagai orang yang tersakiti karena
telah mencintai seseorang yang tidak pernah menganggap kita ada.Orang yang
tersakiti karena kita memendam rasa ini sendirian.Tapi, bukankah cinta yang
sebenarnya adalah cinta yang bermekaran dihati.Hanya kita yang merasakannya.
*****
Setiap orang punya caranya sendiri
untuk mencintai.Memilih untuk diam, memperhatikan dari jauh, atau mendo’akan
diam-diam. Setiap orang punya caranya sendiri untuk jatuh cinta tanpa
membaginya dengan orang yang dia cinta. Setiap orang juga punya cara sendiri
untuk berbagi tawa dan menyembunyikan tangisnya sendiri.
“Al, maafkan aku ya telah
memberitahu perasaanmu pad Alan. Dia yang memaksaku, Al.” kata Lulu yang sedang
duduk manis disebelahku.
‘Gak apa-apa kok, Lu.”
“Beneran, Al? sekali lagi maafkan
aku ya, Al.” ujar Lulu. Aku mengangguk pelan.Lalu memfokuskan diri pada novel
yang baru saja aku beli kemarin.
“Oh, ya jadi sampai kapan kamu akan
memendam rasa yang kamu punya?” Tanya Lulu.
“Entahlah, Lu. Aku tidak tahu.Yang
aku tahu, aku mencintainya. Itu saja.” Jawabku santai.
“Kalau aku jadi kamu, aku pasti akan
berhenti mencintainya sebelum aku jatuh terlalu dalam, Al. Karena untuk aku,
bertahan mencintai orang yang tidak pernah mampu memcintai kita miliki itu
seperti berdiri dibawah siraman hujan. Awalnya memang menyenangkan, tapi
lama-lama akan membuat kamu sakit. Kamu bahkan gak bisa berlari lagi karena
kamu terlalu menggigil kedinginan.” Ujar Lulu panjang lebar.
“Lulu, jika kita benar-benar
menginginkan cinta, maka cintalah yang pada akhirnya akan menunggu kita. Kamu
percaya itu kan, Lu? Dan, jika kita ingin melakukan sesuatu karena cinta,
lakukanlah hal itu dengan sekuat tenaga yang kamu miliki, sabar, tulus dengan
sepenuh hati tanpa engeluh. Kelak pada waktunya nanti, maka dia akan dating
padaku.” Kataku.
“Kamu hebat, Alisa. Bisa bertahan
mencintai seseorang yang tak pernah menyadari akan hadirnya cinta yang tulus
itu. Aku salut sama kamu.”
Aku tersenyum.Sebenarnya bukan
keinginanku untuk terus memendam cinta.Bukan kemauanku untuk terus diam
meskipun ada perasaan yang sangat dalam.Diamku, bisuku, dan rasa bertahan untuk
tidak mengungkapkan itulah yang membuat cinta yang aku rasakan justru terlihat
ada dan nyata.Lalu, dari jauh aku hanya bisa menatapnya, berharap dia bisa
merasakan perasaanku tanpa harus aku ungkapkan. Setiap hari, aku hanya bisa
mendo’akannya, meyakini bahwa Tuhan akan selalu menyelimuti dia dengan
kebahagiaan. Namun, sampai kapan aku bertahan untuk diam?
Jatuh cinta sendirian adalah jatuh
yang memberikan sejuta rasa.Rasa sakit karena harapan tidak sesuai
kenyataan.Rasa khawatir saat dia tidak masuk sekolah atau terlihat seperti yang
sedaang sakit.Juga rasa bahagia karena bisa melihatnya tertawa lepas. Meskipun
kita sadar, alas an dia tertawa bukanlah kita. Jatuh cinta sendirian, dalam
do’a kusapa dirimu.
Semoga kamu akan mengetahuinya,
Farhan. Suatu saat nanti.
Comments
Post a Comment