Tentang Seseorang Yang Telah Pergi (2)

Garut, 5 Mei 2016.

Bila aku harus menuliskan tentang rasa yang aku punya untukmu, mungkin ratusan buku akan tercipta karenamu. Dan mungkin itupun takkan pernah cukup. Karena, duniaku hanya penuh dengan gambar dan khayalan yang bercampur aduk dengan kenyataan. Tapi, aku begitu ingin menuliskan semua yang tak mampu kusampaikan padamu. Menuliskan tentang kamu dan kepergianmu.

Kamu yang hadir ketika hatiku patah karena dia, akhirnya pergi. Dan pada akhirnya aku sendiri. Kamu yang pernah berjanji untuk selalu bersamaku sampai akhir hidupku, memutuskan untuk pergi di tengah jalan cerita kita. Kamu pergi bersama angin yang berhembus pelan di soreku. Kamu pergi tanpa memberiku ucapan selamat tinggal dan kepastian tentang hubungan kita yang semakin hari semakin tak ada maknanya. Kamu pergi meninggalkan sejuta luka yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidup.

Saat kau putuskan untuk pergi, yang tertinggal hanyalah aku disini, sendiri. Tak ada hal yang lebih menyakitkan disaat aku ditinggal pergi tanpa ada sebuah alasan. Kau biarkan aku mencari alasannya sendiri. Namun, sampai saat ini pun tak ku temukan juga mengapa kau tinggalkan aku. Padahal aku ingat, kamu pernah berkata tidak akan meninggalkanku seberat apapun masalah yang kita hadapi. Kamu menceritakan tentang masa lalumu dan berpikir masa depanmu adalah aku. Kita pernah berjanji untuk sehidup semati, kamu yang hidup dan lebih memilih untuk hidup bersamanya dan membiarkan aku yang mati karena janjimu waktu itu. Aku tidak tau siapa perempuan beruntung sekaligus perusak hubungan kita. Apakah masa lalumu yang belum pernah kamu selesaikan ceritanya. Atau seseorang baru dalam hidupmu yang akan kamu bahagiakan atau justru akan bernasib sama sepertiku. Pertanyaan itu tak pernah mendapatkan jawabannya.

Kini segalanya kuukir dalam hati. Tentang getir yang bernyanyi atau tentang perih yang menari. Biarlah rasa ini kunikmati, meskipun telah habis air mata karena sebuah cinta yang tidak jelas.

Tentang kamu, meski kamu tak lagi menyapaku, aku tak pernah lelah membelaimu dengan rinduku sekalipun jemariku terluka dan perih.

Terimakasih, kamu telah mematahkan hatiku lagi. Kini, kamu sudah pergi. Namun, aku masih berharap aku adalah rumah tempatmu pulang. Aku tak pernah pergi. Aku disini.

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana ku Tak Jatuh Cinta

PROTES KERAS TERHADAP PENIPUAN YANG MENYALAHGUNAKAN KARTU IDENTITAS SAYA

Kebersamaan Yang Tiada Akhir